Menulis Lagi Tapi Bukan Puisi
Seperti biasa, suasana biasa-biasa saja. Setelah sekian lama akhirnya menyempatkan diri juga untuk mengisi blog ini. Ada rasa sayang, ketika sekian tahun menyewa domain, dengan bebagai pertimbangan di tahun ini pun dengan berat akhirnya memperpanjang kembali sewanya.
Sebenarnya sudah hilang semangat untuk ngeblog kembali, faktanya bahwa sudah beberapa tahun terakhir ini tidak banyak tulisan yang saya publikasikan. Hal menyedihkan lainnya adalah beberapa domain yang dulunya saya sewa untuk mengelola blog, sudah tidak saya perpanjang lagi. Pergeseran platform dan meredupnya hingar bingar per-blogger-an membuat susasana jadi berubah. Sekarang orang lebih suka nonton video daripada membaca tulisan. Walau tidak semua orang, tapi saya merasa begitu.
Hal yang membuat saya masih biasa saja menyematkan tulisan blogger pada profil media sosial saya adalah adanya blog ini. Ketika saya menuliskan blogger, lalu diikuti dengan menyertakan alamat blog ini, orang kemungkinan tak akan mempertanyakan. Bukannya mau buat sombong-sombongan, tapi saya mau menyambungkan saja. Boleh, ya?.
*****
Dunia mudah saja berputar. Perjalanan berbalik arah begitu mudah, begitu juga selera. Belum lama ini saya merasa kangen dengan menulis. Rasa yang sama ketika penyair Joko Pinurbo wafat, saya kangen dengan puisi. Kepergian beliau membuat saya mencari puisi-puisi beliau di youtube, ketemu beberapa yang saya suka. Wawancara beliau di salah satu stasiun televisi swasta juga sempat saya nikmati di youtube. Begitulah kebetulan, hal yang tak saya bayangkan dulunya.
Menulis adalah hal yang menyenangkan, dulu. Fakta bahwa saya mengelola blog lebih dari sepuluh tahun menjadi bukti bahwa sebenarnya saya suka menulis. Tapi jangan tanya, sebagian besar tulisan saya di blog ini tentu minim kualitas. Asal tulis.
Menulis puisi seperti hal aneh untuk saya, bukan candu, tapi dulu waktu masih sekolah menengah atas sampai menjelang menikah rasanya menjadi sesuatu yang mengalir. Setelah menikah? Jangan tanya, takut salah tulis apalagi ditafsirkan dengan beda makna. Makanya saya merasa kesulitan, ide terasa tersumbat dan terhambat.
Lebih baik menikmati puisi kehidupan, dengan bahasa yang dalam kondisi apapun ada rasa didalamnya. Ini menjadi kata yang mungkin pas untuk menghibur diri.
Hal yang paling saya ingat tentang tulisan puisi saya adalah ketika di awal tahun 2000 puisi yang saya kirimkan ke koran Suara Merdeka di muat. Saya tidak tahu di muat kapan, puisi yang di muat yang mana karena saya kirimkan lebih dari satu puisi, tahunya pada suatu hari saya dapat kiriman honor. Iya, lewat wesel di kantor pos, sangat senang tentu saja. Sampai saat ini saya masih penasaran dan sungguh ingin tahu wujud puisi saya yang di muat di koran tersebut hahaha….
Hal receh semacam ini yang terkadang membuat kita menjadi terpacu, sedikit jumawa, walau setelahnya belum pernah tulisan saya di muat lagi di surat kabar. Untungnya saya punya blog yang bisa menampung apapun yang saya tulis, tanpa perlu lolos seleksi, jadi editor sendiri, tanpa target dan abai kualitas, tidak ada honornya. Tapi saya Suka(di).
Sudah.
Post a Comment for "Menulis Lagi Tapi Bukan Puisi"
Post a Comment