Pengalaman Pertama Fulan dan Fulani Memakai Asuransi Kesehatan
Si Fulan—bukan nama sebenarnya—punya pengalaman dengan asuransi kesehatan yang gak terlupakan. Dia baru pertama kali itu pakai asuransi kesehatan.
Awalnya, Fulan sedang dalam perjalanan pulang dari piknik di luar kota. Namanya piknik, pasti dibarengi dengan berburu sajian kuliner khas daerah yang dikunjungi.
Tapi, saat di mobil sebelum balik ke rumahnya, Fulan mengalami sakit perut yang dahsyat. Perutnya terasa panas dan melilit. Gak berselang lama, dia muntah-muntah.
Mulanya dia dan keluarganya mengira itu gara-gara mabuk perjalanan. Tapi gak ada ceritanya Fulan mabuk dan muntah saat sedang bepergian.
Singkat cerita, setelah sampai di rumah, Fulan bersih-bersih diri lalu berencana ke rumah sakit. Dia diantar ke rumah sakit terdekat oleh Fulani, adiknya.
Ilustrasi. Image by Gerd Altmann from Pixabay.com |
Fulan adalah pegawai swasta berstatus tetap yang sudah 4 tahun bekerja. Oleh perusahaan, dia diberi fasilitas asuransi kesehatan swasta selain BPJS Kesehatan. Berbekal kartu asuransi dengan sistem cashless ini, Fulan pergi ke rumah sakit.
Dia dibawa langsung ke UGD karena perutnya masih sakit dan ia terus muntah-muntah. Dokter jaga UGD yang memeriksanya langsung melakukan pemeriksaan, termasuk tes darah.
Proses pemeriksaan di IGD memakan waktu kira-kira dua jam. Ternyata Fulan keracunan makanan. Maka dokter memintanya dirawat inap untuk mengusir racun sekaligus memulihkan kondisi Fulan.
Fulan, yang belum pernah pakai asuransi kesehatan untuk berobat, bingung soal biayanya. Sedangkan Fulani juga gak tahu. Tanya orang tua, mereka pun gak tahu karena belum pernah juga pakai asuransi kesehatan.
Tak berselang lama, Fulan mendapat telepon dari pihak asuransi yang ia gunakan. Dalam telepon, dijelaskanlah segala prosedur dan persyaratan asuransi.
Fulan hanya manggut-manggut mendengar suara di seberang sana. Intinya adalah seluruh biaya perawatan akan ditanggung asuransi sesuai dengan ketentuan dan limit.
Limit biaya kamar yang ditanggung asuransi adalah Rp 500 ribu per malam. Dia pun memilih kamar kelas 2 yang biayanya Rp 400 ribu.
Hari pertama dirawat inap, dokter melakukan kunjungan dua kali. Kata dokter, Fulan baik-baik saja dan racun sudah keluar. Kini tinggal pemulihan.
Tapi Fulan masih ogah-ogahan makan. Dia pun dirawat inap hingga tiga hari di rumah sakit. Pada hari ketiga, kondisinya sudah pulih sepenuhnya.
Saat hendak pulang, dia harus mengurus administrasi dulu. Proses di administrasi ini cukup lama karena petugas rumah sakit perlu konfirmasi dari asuransi.
Setelah kira-kira 30 menit, dia dipanggil. Ternyata, dia cuma perlu bayar Rp 100 ribu. Itu buat biaya handuk basah yang digunakan saat Fulan muntah-muntah banyak di UGD.
Asuransi kesehatan gak menanggung biaya handuk itu. Namun segala biaya lain, dari obat sampai tes laboratorium, ditanggung asuransi. Fulan pun lega.
***
Lain Fulan, lain Fulani. Hanya berselang seminggu setelah Fulan pulang ke rumah, Fulani kena tifus. Awalnya, dia merasa lemas dan tak nafsu makan. Tubuhnya pun demam tinggi.
Saat dibawa ke rumah sakit dan setelah dilakukan pemeriksaan, Fulan dinyatakan sakit tifus oleh dokter. Berbeda dengan Fulan, Fulani sebagai pekerja freelance hanya punya asuransi dengan sistem klaim reimburse. Asuransi ini ia beli setelah browsing dan baca-baca di platform asuransi Lifepal.co.id.
Otomatis dia mesti bayar semua biaya sendiri dulu, termasuk untuk deposit. Untungnya dia gak disuruh rawat inap. Dia bisa menjalani bed rest di rumah karena tifus baru sampai stadium awal.
Sakit tifus memang butuh banyak istirahat biar kondisi cepat pulih. Selain itu, harus ada konsumsi antibiotik.
Total Fulani harus membayar biaya perawatan di rumah sakit sebesar Rp 800 ribu. Itu sudah termasuk ongkos pemeriksaan laboratorium.
Maka, setelah membayar, Fulani mengumpulkan semua berkas pemeriksaan hingga kuitansi pembayaran. Semua berkas ini mesti lengkap untuk diajukan sebagai syarat meminta klaim dari pihak asuransi.
Menurut polis asuransi kesehatan Fulani, pencairan duit reimburse memakan waktu 14 hari setelah berkas diterima. Namun hanya dalam 7 hari, tabungannya sudah mendapat transfer dari pihak asuransi kesehatan.
Dia menduga proses yang cepat itu karena berkasnya sudah komplet dan sakit yang ia derita gak terlampau parah. Pihak asuransi bisa lebih cepat mengurus klaim dan melakukan investigasi untuk memutuskan mencairkan duit pertanggungan.
Pemanfaatan asuransi dengan sistem cashless berbeda dengan reimburse. Umumnya proses cashless lebih lama karena rumah sakit dan asuransi mesti tik-tokan dulu untuk memastikan prosedur dijalankan.
Sedangkan sistem reimburse lebih cepat. Rumah sakit pokoknya hanya mau tahu biaya sudah lunas. Urusan selanjutnya terserah pasien.
Yang jelas, dua-duanya sama-sama berguna ketika dibutuhkan untuk perawatan di rumah sakit. Coba kalau tanpa asuransi, baik Fulan maupun Fulani mesti membiayai sendiri perawatan mereka. Sudah punya asuransi kesehatan sendiri?
Post a Comment for "Pengalaman Pertama Fulan dan Fulani Memakai Asuransi Kesehatan"
Post a Comment