Jangan Asal Mengaku
Belum lama peristiwa aksi teror di Jakarta terjadi, beritanya sampai kini masih hangat di beritakan. Berbagai analisa masih saja lalu lalang dalam bahasan stasiun televisi, wacana demi wacana terus saja digulirkan untuk mengatasi aksi serupa. Meskipun bukan baru sekali peristiwa teror dengan meledakkan bom terjadi di Indonesia. Masyarakat banyak yang resah, terutama karena kabar di berbagai media yang kadang simpang siur memicu saraf takut lebih dominan bekerja.
Kemarin saya membaca koran Suara Merdeka mengenai seorang pengendara sepeda motor yang kena tilang dan nekat berbohong dengan mengaku ada bom dalam tasnya. Aneh dan diluar nalar, sampai begitu nekatnya membohongi polisi dan orang-orang disekitar lokasi. Pria asal Jakarta dan mengaku bekerja di pabrik garmen ini terhitung luar biasa, dia kena tilang lantaran tak bisa menunjukkan SIM dan STNK, saat kunci motor dan motornya di tahan, dia nekat menyelinap ke tukang kunci untuk menduplikat kontak motornya. Tujuannya jelas, mungkin dia ingin melarikan diri.
Belum sempat tujuannya tercapai, keburu ketahuan petugas yang dibuat kebingungan mencarinya, hingga keluarlah aksi pengakuan ngawur dengan melemparkan tas yang dia bawa dan berteriak ada bom dalam tas tersebut. Setelah diperiksa, ternyata isi tas hanyalah pakaian. Atas ualhnya tersebut dia harus berurusan lebih jauh lagi dengan fihak kepolisian, dia dikenakan wajib lapor dan polisi menyelidiki lebih lanjut soal motor bodong tersebut.
Sebelumnya saya juga membaca di koran yang sama, seorang pemuda dari Papua di tahan oleh petugas keamanan bandara karena bercanda saat di periksa barang bawaannya. Entah sengaja atau tidak, dia bilang isi tas bawaannya adalah bom. Sontak pengakuan pemuda ini membuat petugas bandara segera bertindak mengamankan pemuda tersebut dan juga memeriksa barang bawaannya yang ternyata hanya pakaian, tidak ada bom. Namanya juga bercanda, seperti pengakuan pemuda tersebut.
Kemarin saya membaca koran Suara Merdeka mengenai seorang pengendara sepeda motor yang kena tilang dan nekat berbohong dengan mengaku ada bom dalam tasnya. Aneh dan diluar nalar, sampai begitu nekatnya membohongi polisi dan orang-orang disekitar lokasi. Pria asal Jakarta dan mengaku bekerja di pabrik garmen ini terhitung luar biasa, dia kena tilang lantaran tak bisa menunjukkan SIM dan STNK, saat kunci motor dan motornya di tahan, dia nekat menyelinap ke tukang kunci untuk menduplikat kontak motornya. Tujuannya jelas, mungkin dia ingin melarikan diri.
Belum sempat tujuannya tercapai, keburu ketahuan petugas yang dibuat kebingungan mencarinya, hingga keluarlah aksi pengakuan ngawur dengan melemparkan tas yang dia bawa dan berteriak ada bom dalam tas tersebut. Setelah diperiksa, ternyata isi tas hanyalah pakaian. Atas ualhnya tersebut dia harus berurusan lebih jauh lagi dengan fihak kepolisian, dia dikenakan wajib lapor dan polisi menyelidiki lebih lanjut soal motor bodong tersebut.
Sebelumnya saya juga membaca di koran yang sama, seorang pemuda dari Papua di tahan oleh petugas keamanan bandara karena bercanda saat di periksa barang bawaannya. Entah sengaja atau tidak, dia bilang isi tas bawaannya adalah bom. Sontak pengakuan pemuda ini membuat petugas bandara segera bertindak mengamankan pemuda tersebut dan juga memeriksa barang bawaannya yang ternyata hanya pakaian, tidak ada bom. Namanya juga bercanda, seperti pengakuan pemuda tersebut.
Masih banyak cerita-cerita lain yang berisi kelucuan dan kenekatan orang-orang, entah sengaja atau tidak, namun aksi semcam itu hanyalah mencari masalah buat dirinya sendiri.
Soal pengakuan, sering terjadi hal-hal yang bersifat anomali, banyak yang mengaku pandai padahal bodoh, mengaku duda ternyata masih punya istri, mengaku polisi ternyata preman, mengaku cinta padahal dusta, mengaku wakil rakyat ternyata ..... "Mengaku bujangan ternayata cucunya segudang...", demikian penggalan lagu Tua Tua Keladi yang dahulu di populerkan oleh Atiek CB, eh.
*********
Soal pengakuan, sering terjadi hal-hal yang bersifat anomali, banyak yang mengaku pandai padahal bodoh, mengaku duda ternyata masih punya istri, mengaku polisi ternyata preman, mengaku cinta padahal dusta, mengaku wakil rakyat ternyata ..... "Mengaku bujangan ternayata cucunya segudang...", demikian penggalan lagu Tua Tua Keladi yang dahulu di populerkan oleh Atiek CB, eh.
Banyak orang yang merasa sangat butuh pengakuan sehingga bermacam cara rela dilakukan demi memenuhi ambisinya tersebut. Sekarang mungkin orang begitu familiar dengan istilah pencitraan, nah, pencitraan inilah yang dijadikan kendaraan untuk memperoleh pengakuan dari orang banyak. Entah biar dianggap orang baik, dianggap pemimpin yang berhasil, pemimpin yang merakyat, dan masih banyak alasan lain sehingga orang rela menlakukan berbagai cara demi mendapatkan pengakuan.
Saya sendiri adalah orang yang kadang suka mengaku sebagai sesuatu, misalnya saja mengaku blogger walau tidak tahu tentang kebenarannya, mengaku pintar padahal pemikiran masih dangkal, mengaku ganteng padahal tidak, dan lain sebagainya. Tapi, saya sangat takut untuk mengaku sebagai orang baik, karena saya merasa bahwa saya belum menjadi orang baik.
Pengakuan itu alamiah, buah dari apa yang kita perbuat, hukum alam yang tak terbantahkan, tak perlu direkayasa, biar orang yang manyebut dan mengakui apa yang kita lakukan. Mengaku yang tidak sebenarnya ibaratnya seperti menyulut sumbu sebuah bom, bila tiba saatnya pasti akan meledak juga, kecuali bila mejan atau ada langkah antisipatif untuk menjaga agar bom tersebut tidak meledak, eh (lagi). Demikian.
Pengakuan itu alamiah, buah dari apa yang kita perbuat, hukum alam yang tak terbantahkan, tak perlu direkayasa, biar orang yang manyebut dan mengakui apa yang kita lakukan. Mengaku yang tidak sebenarnya ibaratnya seperti menyulut sumbu sebuah bom, bila tiba saatnya pasti akan meledak juga, kecuali bila mejan atau ada langkah antisipatif untuk menjaga agar bom tersebut tidak meledak, eh (lagi). Demikian.
5 comments for "Jangan Asal Mengaku"
ditilang ngaku bawa bom
stress kali tuh orang :)