Iklan, Sensor Dan Ketidaknyamanan Menonton Televisi
Menonton televisi sekarang ini tak senyaman seperti dahulu, ada banyak hal yang membuat pemirsa televisi merasa di eksploitasi oleh komersialisasi sebuah acara. Iklan menjadi salah satu satu daya tarik tersendiri yang membuat televisi berlomba-lomba membuat acara semenarik mungkin agar para pemilik produk tergoda untuk memasang iklan.
Pernah saya tulis disini mengenai layar televisi yang begitu penuh, baik itu oleh running text atau iklan yang dengan semaunya muncul silih berganti dilayar televisi. Apakah salah?, tidak. Hak stasiun televisi untuk menempatkan iklan dimana saja, meskipun itu mengganggu pandangan pemirsanya, tak soal (bagi mereka). Penonton butuh tayangan yang layak, nyaman untuk dipandang mata.
Sumber Gbr: freedigitalphotos.net |
Kini, tak hanya soal iklan, tayangan televisi sepertinya semakin ketat dalam penyaringannya. Sensor pada hal-hal yang berbau pornografi dan kasar semakin kentara, bahkan untuk tayangan lokal pun banyak yang dibuat blur gambarnya. Tak hanya soal gambar, dialog pun tak luput dari sensor. Gambaran betapa sudah semakin kaburnya nilai etika dalam membuat sebuah acara.
Beberapa tayangan lokal pun banyak yang kena tegur oleh KPI (Komis Penyiaran Indonesia), bahkan banyak yang akhirnya diberhentikan penayangannya. Tak kalah akal, para pemilik siaran pun buru-buru ganti nama untuk mengaburkan sebuah peringatan, ratting turun pertanda kerugian di depan mata.
Alangkah lebih baik dari awal dibuat konsep yang tidak membutuhkan banyak sensor. Pakaian, kata-kata atau dialog sudah bisa direncanakan dalam proses produksi, tak selalu harus menunggu proses editing dan seleksi kelayakan.
Ditengah semakin sulitnya mencari tayangan televisi yang berkualitas, faktor non teknis kini menambah ketidaknyamanan pemirsa. Iklan, sensor, tayangan kurang berkualitas, lomba kejar ratting, dan apapun namanya, selama memberi keuntungan bagi stasiun televisi saja, berarti siklus tidak seimbang. Pemirsa televisi butuh tayangan berkualitas, tak masalah ada iklan, asal sewajarnya, tak perlu banyak sensor kalau memang bisa diatasi dalam masa produksinya, tak harus mengurangi "kenikmatan" sepasang mata. Demikianlah.
Tulisan terkait:
3 comments for "Iklan, Sensor Dan Ketidaknyamanan Menonton Televisi"
setuju sih kalau dari awal konsepnya dijauhkan dari unsur2 yang bakalan kena sensor... cuma di lapangan sering terlupakan mungkin sudah pusing dengan deadline dari bossnya. :D