Banjir?, Jangan Selalu Salahkan Pemerintah
Membaca dan mendengar berita mengenai banjir yang terjadi dibanyak tempat, membuat siapa saja yang mendengar pasti merasa prihatin. Banyak orang yang menjadi korban dan terpaksa harus mengungsi dan bahkan tak sedikit yang meninggal akibat banjir. Selayaknya kita merasa simpati, betapa banjir telah mengakibatkan dampak yang tidak mengenakkan bagi mereka yang terkena.
Namun demikian, terkadang saya merasa risih dengan berita-berita yang ada di media cetak, internet maupun elektronik, untuk saat ini mungkin berita-berita yang mengulas tentang banjir. Saya merasa pemberitaan saat ini terkadang kurang proporsional, banyak yang menyudutkan dan membesar-besarkan sesuatu yang sebenarnya kurang layak untuk dibesar-besarkan. Ambil contoh soal Pak Joko Widodo (Jokowi), beliau terkadang "dituding" tidak mampu menyelesaikan permasalahan banjir di Jakarta.
Banjir di Jakarta 2013 (Sumber: http://metro.news.viva.co.id) |
Secara struktural memang wajar kalau pemerintah dijadikan tumpuan kesalahan, karena dalam kenyataannya beliau saat ini adalah Gubernur DKI Jakarta, tapi apakah sepenuhnya banjir menjadi tanggung jawab beliau?. Saya bukan pendukung fanatik beliau, saya orang netral, tapi tidak suka dengan pemberitaan atau tudingan-tudingan terhadap seseorang yang terlalu berlebihan, harusnya segala sesuatu dilihat bukan hanya dari satu sudut pandang saja.
Terkadang orang sedikit-sedikit menyalahkan pemerintah, sedikit-sedikit menyorot pemimpinnya, apakah mungkin banjir bisa tertangani dalam waktu satu atau dua tahun?, saya kira tidak. Butuh proses, butuh waktu untuk dapat menyelesaikan sebuah permasalahan. Ambil misal kasus banjir di Jakarta saya rasa permasalahannya sangat kompleks, bukan hanya soal mampu tidaknya pemerintah membuat kebijakan terkait penanggulangan banjir.
Misalkan saja program yang direncanakan direalisasikan, saya kira permasalahan bisa terkurangi. Tapi dalam merealisasikan perencanaan tersebut banyak terjadi benturan-benturan, banyak yang mendukung, tak sedikit yang menolak. Bukankah juga sering muncul berita mengenai penolakan beberapa kelompok masyarakat terkait kebijakan pemerintah?, ambil contoh saat relokasi penduduk yang butuh waktu lama.
Lalu, saat orang tak lagi peduli dengan saluran yang mampet, banyak orang yang seenaknya membuang sampah di saluran dan sungai, banyak orang yang membangun tanpa memperhatikan dampak lingkungan, apakah masih selalu menyalahkan pemerintah?. Siapa yang harus dijadikan kambing hitam atas ketidakpedulian tersebut?, padahal bisa jadi perlikau tersebut yang menjadi faktor penyebab banjir.
"Kiai, nasehat apa untukku hari ini?" pinta seseorang kepada Kiai Bengong, pada suatu ketika.
"Jangan membiasakan olok-olok, kalau bisa hindari mengkritik, apalagi sampai menyebut nama-nama," jawab Kiai Bengong.
"Kenapa Kiai, padahal itu kebiasaan dan kesukaanku," sela si peminta.
"Hari ini engkau lakukan itu, esok hari engkau akan diadili oleh tindakanmu sendiri, sampai anak cucumu yang darah dagingmu sendiri,itulah pantulan tindakanmu," jawab Kiai Bengong.
Rumah Cinta,08:50 wib. -Kiai Budi Harjono-
Yang lebih lucu lagi, banjir terkadang dijadikan komoditas untuk menyerang, menjatuhkan, mengambil keuntungan demi kepentingan-kepentingan pribadi maupun golongan. Apapun itu, layaknya banjir menjadi pemikiran bersama untuk mencari solusi bagaimana jalan pemecahannya. Semoga saja muncul kesadaran bersama, semoga banjir kali ini menjadi yang terkahir, dimasa berikutnya tak ada lagi banjir yang sedemikian rupa sehingga tak perlu lagi saling menyalahkan dan tak perlu ada korban disetiap tahunnya.
14 comments for "Banjir?, Jangan Selalu Salahkan Pemerintah"