Hidup Itu Terkadang "Harus" Mengeluh
Sebelumnya saya mohon maaf, apa yang saya sampaikan disini barangkali bertentangan dengan pendapat Anda. Jangan anggap serius, ini hanya sebuah asumsi dan pendapat (ngawur) saja. Ini hanya sudut pandang yang mungkin saja keliru, jadi kalau Anda sempat membaca tulisan ini, jangan baca dengan sepenuh hati, jangan anggap serius.
Mengeluh mungkin menjadi suatu hal yang sering kita jumpai, baik kita lakukan sendiri atau oleh orang-orang disekitar kita. Saya sendiri boleh dikatakan masih sering mengeluh, tentang banyak hal. Bukan bermaksud membela diri, bukan berarti saya tidak mensyukuri apa yang sudah saya peroleh, hanya saja tingkat keilmuan saya yang masih rendah membuat saya begitu mudahnya mengeluhkan segala sesuatu yang saya rasa kurang menyenangkan.
Saya menganggap keluhan menjadi hal yang "lumrah", tak perlu saya tutupi, karena memang percuma saya katakan saya orang yang tegar tapi nyatanya hanya sebuah kebohongan dalam manisnya kata-kata. Jangan katakan saya cengeng, saya juga berusaha terus berjuang. Saat "normal", saya sadari kalau keluhan itu tak ada gunanya, tak ada efek positif yang berbanding lurus dengan keluhan saya. Namun, ketika saya sedang berada di titik dimana saya merasa "kacau", dengan mudahnya keluhan-keluhan itu mengalir dari bibir, terucap dengan mesranya.
Bukan hanya saya saja, sering saya mendengar teman-teman saya dan juga orang-orang yang berada disekitar saya mengeluhkan kondisi mereka.
Berulang dan bisa dikatakan sering, petuah bijak lewat ceramah, tulisan, dan banyak media lain yang mengatakan kalau mengeluh itu tidak ada gunanya. Misalnya saja, Greg S. Reid mengatakan: "Jangan pernah mengeluhkan masalah Anda, karena sembilan puluh lima persen orang tidak peduli, dan lima persen lainnya gembira karena hal itu terjadi pada Anda.".
Berulang dan bisa dikatakan sering, petuah bijak lewat ceramah, tulisan, dan banyak media lain yang mengatakan kalau mengeluh itu tidak ada gunanya. Misalnya saja, Greg S. Reid mengatakan: "Jangan pernah mengeluhkan masalah Anda, karena sembilan puluh lima persen orang tidak peduli, dan lima persen lainnya gembira karena hal itu terjadi pada Anda.".
Jika mengeluh itu dibayar,
pasti akan banyak sekali orang yang
menjadi kaya tanpa harus menjadi orang
yang berguna bagi sesama.
...Jauhilah pergaulan yang penuh keluh kesah.
Bergaullah dengan mereka yang ikhlas
bekerja keras untuk menguatkan
hati yang lemah, menuntun yang tersesat,
menegakkan yang terinjak, dan
menggembirakan yang putus harapan.
Terlibatlah dalam kesibukan
yang mengindahkan kehidupan.
Mario Teguh
Lalu, apakah saya sedang "normal" atau lagi "kacau" saat menulis postingan ini?, entahlah, saya merasa sedang berada ditepian antara keluhan dan rasa sukur, mungkin itu lebih bijak untuk menutupi dangkalnya ilmu saya. Bagaimana dengan Anda?. Jangan, Anda jangan suka mengeluh, ya?.
11 comments for "Hidup Itu Terkadang "Harus" Mengeluh"