Wartel, Warnet, Warteg
Entah sudah berapa tahun saya tak memegang gagang telpon, selain tak punya, tak pernah lagi saya pergi ke warung telekomunikasi atau yang biasa disebut wartel. Dulu, meski tidak sering, beberapa kali dalam seminggu saya menyempatkan diri ke wartel, tak lain dan tak bukan hanya sekedar untuk menelpon "teman", meskipun durasinya tak begitu lama.
Pada tahun 90-an sampai awal tahun 2000 masih sangat mudah menemukan wartel, tak melulu di kota, sampai di kampung-kampung pun ada warnet. Mungkin saja pada waktu itu bisnis warnet masih sangat menguntungkan, mengingat belum banyaknya Hand phone (HP) dan kalaupun ada telepon seluler (ponsel) tarifnya masih sangat mahal.
Dengan semakin berkembangnya jaman dan makin banyaknya pengguna ponsel, keberadaan wartel perlahan menghilang, satu demi satu pemilik wartel menutup usaha mereka tersebut. Apalagi semakin kesini para pengguna ponsel makin dimanjakan oleh provider dengan tarif murah dan berbagai iming-iming menggiurkan lainnya, praktis saja tak lagi wartel menjadi pilihan.
Internet merupakan salah satu kebutuhan bagi sebagian orang, apalagi dengan adanya jajaring sosial yang makin 'memasyarakatkan' internet. Tak salah bila peluang terebut dimanfaatkan untuk membuka usaha warung internet atau biasa disebut dengan warnet. Dulu, tarif per-jam di warnet bisa dikatakan cukup mahal, tapi dengan semakin ketatnya persaingan, lambat laun tarif warnet makin murah.
Namun, hampir sama dengan wartel, perlahan eksistensi warnet mulai terkikis. Meski dikatakan tarif warnet semakin murah, namun hal tersebut tak bisa "menolong", karena sekarang makin mudah saja menemukan koneksi internet, mulai dari yang sangat murah sampai yang gratisan juga banyak. Provider berlomba menarik pelanggan, dengan tarif yang murah dan terkadang 'tidak masuk akal' promosinya.
Harga modem pun saat ini juga bervariatif, bisa dikatakan harga modem sangat murah, tentu saja perbandingannya dengan harga modem saat saya beli beberapa tahun yang lalu. Belum lagi keberadaan ponsel yang mendukung koneksi internet dengan harga yang sangat murah, tentu saja langsung tidak langsung membuat para pelanggan warnet berpaling. Dengan hal tersebut sudah bisa ditebak, lambat laun nasib warnet akan sama dengan wartel, makin berkurang dan mungkin saja perlahan menghilang.
Lain lagi dengan warteg atau warung tegal, sudah berpuluh tahun eksistensinya tak tergoyahkan, atau bahkan malah semakin eksis. Banyak warteg-warteg baru bermunculan ditengah eksistensi warteg yang sudah ada, dibanyak tempat, sangat mudah kita menjumpai warung makan ini. Ditengah perkembangan rumah makan dan warung modern, warteg masihlah menjadi primadona, terutama dikalangan menengah kebawah.
Tak bisa diangkal lagi, diantara wartel, warnet, dan warteg, hanya warteg lah yang masih tetap eksis meski jaman terus berkembang. Kalau Anda pernah memanfaatkan ketiga jenis warung tersebut, dalam sepuluh tahun kedepan barangkali hanya warteg lah yang masih eksis. Jadi jangan heran kalau misalnya lokasi yang dulunya wartel berubah menjadi warnet, dan berubah lagi menjadi warteg. Begitulah.
20 comments for "Wartel, Warnet, Warteg"
klo wartel & warnet ada billing nya, nda bisa ngutang klo gitu, wkk
salam kenal
TAPI kalo warteg, dari dulu sampe sekarang tetap banyak penggemarnya hehehe. Saya penggemar warteg juga, dari dulu sampe sekarang :)
Sedangkan warteg, lama kelamaan akan terus ter-update menu-menunya sehingga makin memuaskan pelanggannya :D
Mungkin Maksudnya Disini Adalah Wartel ya.
Saya Setuju dgn Tulisan Mas Sukadi, wartel Sudah Keok, Warnet Mungkin Jg Akan Bernasib Sama jika tak ditunjang dengan fasilitas game online. Cuman warteg yang masih tetap berjaya, makan ditempat lebih berkesan dibanding bungkus dan dibawa pulang.
Kalau warteg itu biasanya lebih murah dengan porsi yang lebih banyak dibanding lainnya :)
Salam hangat!
Salam
wartel udah ga ada lagi..