Book Review: Sang Inu Jatuh Cinta
Inu Kencana Syafi'i memang lebih dikenal sebagai seorang tokoh pemberani yang membongkar berbagai kasus di IPDN. Dan karena keberaniannya tersebut beliau mendapatkan "balasan" berupa penghentian pangkat, penghentian gaji, dan juga beberapa kali percobaan pembunuhan dari backing narkoba. Namun, dibalik semua itu, dia tetaplah seorang manusia biasa, pribadi yang kompleks, sosok yang sisi hidupnya selalu bertema cinta. Saat Inu Bicara soal cinta, apakah yang terbayangkan?.
Dalam buku Sang Inu Jatuh Cinta ini tergambar jelas bagaimana Inu Kencana Syafi'i dengan terjemahan, dalam sudut pandang dan caranya sendiri mampu mengolah perasaan pembacanya, menemptakan cinta dalam sebuah struktur indah, menguak rahasia-rahasia dan pembuktian hal yang sekiranya dianggap penuh ketidak-mungkinan lewat kisah-kisah yang senyatanya.
"Saya selalu berdo'a kepada Allah, jika saya diijinkan masuk surga, saya akan menolak semua bidadari. Saya hanya menginginkan satu bidadari yang mendampingi saya di surga kelak. Bidadari itu adalah istri saya." Demikian ucapan indah Pak Inu yang juga merupakan do'a beliau, dalam sebuah acara, sebagaimana tertulis dalam pengantar buku ini.
Judul: Sang Inu Jatuh Cinta
Penulis: Inu Kencana Syafi'i
Penerbit: Semesta Inspirasi
Cetakan: Pertama, Juni 2008
Tebal: iv + 90 Halaman
Ada Cinta di Mana-mana
Cinta adalah bahasa universal yang tak pernah habis untuk dikupas. Karena setiap mahluk hidup pasti mempunyai rasa cinta, oleh karenanya, cinta mudah membolak-balikkan hati, rasa, dan juga kata. Cinta merupakan sebuah kebutuhan, sebuah nutrisi yang dibutuhkan oleh setiap jiwa. Cinta tak melulu soal tautan rasa antara dua hati, dalam konteks ini adalah antara laki-laki dan perempuan, namun lebih dari itu. Cinta sangat luas pemaknaannya, sangat kompleks penterjemahannya: cinta sesama manusia, cinta manusia dengan alam, dan cinta manusia kepada Tuhan.
Sering ditemui kasus bahwa sepasang kekasih tidak bisa dipersatukan karena berbagai alasan, salah satunya adalah karena faktor keyakinan (baca: agama). Karena saat berbicara soal keyakinan berarti bicara tentang prinsip hidup, dan kalau sudah bicara soal keyakinan, biasanya tidak ada yang mau mengalah. Namun, bukan berarti "keajaiban hidup" tidak bisa merubahnya. Dalam buku ini terdapat sebuah kisah yang mampu memutarbalikkan prediksi, perbedaan prinsip keyakianan itu mampu disatukan, bukan karena ada yang mengalah, tapi karena memang ada "keajaiban hidup" yang lain.
Tak selalu cinta itu datang pada saat yang tepat, terkadang cinta itu datang belakangan, atau mungkin tak datang sama sekali. Saat perasaan mengharuskan untuk menyerah pada keadaan, yang ada hanyalah kepasrahan, seperti sebuah kisah dalam buku ini. Namun, dibalik keterpaksaan itu, ada "cinta" yang timbul hingga kematian menjemput mereka.
Dalam berumah tangga, cinta pasti dibumbui dengan s*x, dan memang dengan adanya hubungan suami istri diharapkan hadir keturunan yang akan meneruskan generasi keluarga mereka. Tapi, apakah harus demikian?. Dua orang anak manusia yang lumpuh telah membuktikan bahwa cinta itu begitu agung, tak melulu soal hubungan suami istri.
Tak selalu cinta itu datang pada saat yang tepat, terkadang cinta itu datang belakangan, atau mungkin tak datang sama sekali. Saat perasaan mengharuskan untuk menyerah pada keadaan, yang ada hanyalah kepasrahan, seperti sebuah kisah dalam buku ini. Namun, dibalik keterpaksaan itu, ada "cinta" yang timbul hingga kematian menjemput mereka.
Dalam berumah tangga, cinta pasti dibumbui dengan s*x, dan memang dengan adanya hubungan suami istri diharapkan hadir keturunan yang akan meneruskan generasi keluarga mereka. Tapi, apakah harus demikian?. Dua orang anak manusia yang lumpuh telah membuktikan bahwa cinta itu begitu agung, tak melulu soal hubungan suami istri.
Buku ini menghadirkan kisah-kisah nyata, tentang "keajaiban-keajaiban" cinta, keindahan cinta, dan memutarbalikkan prediksi, menjawab segala ketidak mungkinan berdasar akal pemikiran manusia. Tidak melulu soal cinta laki-laki dan perempuan, tapi juga cinta orang tua kepada anak, dan sebaliknya. Disinggung pula didalamnya, cinta manusia kepada Tuhan, dan cinta Tuhan kepada manusia. Ditekankan pula perihal kehidupan dan bagaimana manusia agar lebih mengenal kepada Tuhan-nya. Yang pasti, buku ini membawa angin baru, menebarkan banyak ilmu, menghadirkan deskripsi-deskripsi yang mampu memainkan perasaan pembacanya. Layak dibaca bagi mereka yang masih punya cinta.
15 comments for "Book Review: Sang Inu Jatuh Cinta"
semoga menang ya... amin :)
Segera saya catat sebagai peserta kontes.
Terima kasih atas partisipasi sahabat.
Salam hangat dari Jombang
@Pakde Cholik: Terimakasih Pakde, semoga berkenan.
Salam
@mabrurisirampog: ya, cinta memang bahasa yang universal.
@al kahfi: Semoga saja Allah senantiasa mencurahkan cinta_NYA bagi kita semua.. amin
buku yang menarik. saya malah baru tahu kalau pak inu menulis buku selain ipdn. :D
sukses yaa ^^
sukses ya mas... :)
terimakasih
@windflowers: sepakat sama Mba' Diana, cinta itu memang indah :)
terimakasih
www.hajarabis.com
@Hajarabis: terimakasih :)
@Lozz Akbar: iya Kang, lagi nemu cinta ki hehe..
terimakasih Kang, kalau sekarang ga bisa ikut, mungkin lain kali, tetep semangat Kang.. :)
sukses Pak reviewnya heehehe :D
terimakasih mas :)