Lagu Dolanan dan "Hilangnya" Satu Masa
Bagi Anda yang mengalami masa kanak-kanak di awal tahun 90-an dan sebelumnya, mungkin pernah mendengar atau bahkan hafal (beberapa) lagu dolanan, dalam hal ini bisa diperluas pengertiannya sebagai lagu anak-anak. Maaf, bukan bermaksud membanggakan suku tertentu, hanya saja lagu dolanan memang identik dengan anak-anak di Jawa. Mungkin saja di daerah lain juga ada, mungkin lain istilah, mohon koreksi kalau saya keliru.
Lagu dolanan biasanya dinyanyikan sambil diikuti dengan permainan tertentu, karena kata dolanan sendiri berarti permainan. Sebut saja, jamuran, sluku-sluku bathok, cublak-cublak suweng, ilir-ilir, dan masih banyak lagi. Meski hanya berlirik sederhana namun lagu dolanan sendiri mengandung banyak makna. Meski hanya beberapa waktu menikmatinya, namun saya merasa terlarut ke masa dimana Bapak Ibu saya dulu bercerita masa kanak-kanak mereka.
Saya lahir dan menjalani masa kanak-kanak di sebuah desa, dulu, pada malam hari saat suasana cerah dan bulan menerangi, para orang tua berkumpul ngobrol dan bercanda di halaman, sedangkan anak-anak riang bermain tanpa ada rasa canggung antara laki-laki dan perempuan. Semua begitu indah. Dan ada lagu yang sekiranya bisa menggambarkan betapa terangnya cahaya bulan mampu memancing 'gairah' kebersamaan dan cerminan keceriaan anak-anak. Padhang Bulan:
Yo prakanca dolanan ing njaba
Padhang mbulan padhangé kaya rina
Rembulané kang ngawé-awé
Ngélikaké aja turu soré-soré
Yang artinya kurang lebih demikian:
Ayo teman-teman bermain di luarTerang bulan terangnya seperti siangRembulan yang melambai-lambaiMengingatkan jangan tidur sore-sore
Indah, bukan?
Kemajuan jaman telah "menghilangkan" satu masa. Anak-anak tak punya banyak waktu lagi untuk bermain semacam dulu, lahan untuk bermain pun juga makin berkurang. Jangankan lagu dolanan, lagu anak-anak pun rasanya sangat asing bagi anak-anak jaman sekarang (mungkin). Anak-anak jaman sekarang akan lebih mudah menghafal lagu-lagu cinta, lagu-lagu patah hati, lagu-lagu yang sebenarnya mereka sendiri belum tahu maknanya, belum masanya bagi mereka. Jangankan anak-anak, orang tua pun (mungkin) tinggal sedikit yang paham lagu dolanan dan lagu anak-anak, dan tak jarang orang tua yang merasa bangga mendengar anak-anak mereka bernyanyi lagu cinta, lagu patah hati, lagunya orang dewasa, dan ini (menurut saya) adalah sebuah ironi.
Mungkin sudah waktunya, masa lalu hanya akan menjadi sebuah cerita, semakin tersingkir dan terkikis oleh kemajuan jaman dan pergeseran pola pikir. Tak perlu menyalahkan siapapun, karena mungkin saja sudah waktunya. Semua kembali pada diri masing-masing, hanya saja, tak semestinya jaman menghilangkan satu masa (kanak-kanak), karena bagaimanapun juga setiap tahapan kehidupan membutuhkan sebuah konsep, tak isntant dan butuh dinamika dalam setiap masa. Dan waktu terus berputar, soal masa lalu, mungkin saja hanya akan menjadi sejarah (nantinya), atau bahkan tak berbekas sama sekali.
32 comments for "Lagu Dolanan dan "Hilangnya" Satu Masa"
Iya Mas, saya juga punya keresahan yang sama..
bermain kejar-kejaran di bawah sinar rembulan
:-)
dan prihatin sekali sama keadaan skarang, yang mana anak2nya sudah jarang sekali yang mengenal sama lagu2 & permainan tradisional... :(
semua digilas modernisasi dan FB :D
Postingannya ada di blog saya :)
@citromaduro: semua indah untuk dikenang :)
@Rubiyanto: Hanya sekedar menumpahkan uneg-uneg saja :)
@Ardian Bumi: Setiap masa kanak-kanak pasti ada pengalaman-pengalaman yang indah bila dikenang, hanya saja, setiap masa pasti sudah mengalami pergeseran-pergeseran
@pakde sulas: menyenangkan dan begitu indah jika dikenang, Pakde :)
@Djangan Pakies: Walaikumsalam Kang,
mungkin perlu 'prktek' dengan anak-anak biar mereka tidak penasaran he.he..
@Vicky Laurentia: Hmm... pertanyaan Anda menugkin saja menggambarkan bahwa Anda (mungkin) tidak mengalami masa kanak-kanak seperti yang pernah saya alami he.he..
Bermain tidak harus saat terang bulan, Mbak.. :D
@sky: itulah kenapa memunculkan keprihatinan :(
@madu3: terimakasih :)
@ichsan afriadi: nggak apa-apa kok mas, semua ada masanya sendiri he.he
terimakasih buat awardnya :)
@Kaget: lagu anak-anak mungkin saja susah dicari, karena mungkin saja banyak yang kurang suka dan 'kurang laku' kalau dijual :)
:D
sekarang hampir tak pernah lagi saya melihat anak² membuat mainannya sendiri. membuat mobil²an, ketapel, pistol²an, bermain egrang, dll. karena itulah sering saya tertawa senang kalau masih ada sekali waktu melihat anak² berlarian mengejar layangan, masih ada yang tersisa.
anak-anak sudah mulai kehabisan ruang, tidak hanya untuk bermain, tapi juga ruang untuk menjadi anak-anak.
tapi, kadang saya juga terpikir, adalah bisa menjadi sebuah hal yg aneh, kala saya sedih melihat mereka, ternyata mereka, anak² itu, tetap senang dan riang gembira, karena saya & mereka menggunakan parameter yang berbeda, saya mengukur dengan jaman saya atau kita, dan mereka berada pada dan mengukur dengan jamannya sendiri.
akhirnya kembalilah pada apa yang saya yakini, bahwa setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya.
@amdhas: jaman telah mampu 'memutus' siklus, orang tua pun (mungkin) sudah tak kuasa 'menahan' prubahan jaman
@I-one: sama-sama :)
@Mhd Wahyu: Menurut saya pribadi, daya kretifitas anak sekarang sudah mulai berkurang, dalam konteks bermain tentunya.
Kalau dulu anak-anak bisa membuat mainan sendiri, kalau sekarang lebih suka cara instant, lebih suka yang praktis, beli mainan banyak variasi dan murah.
Apa mau kata, semua ada masanya sendiri, mereka merasa senang dan menikmati, pun demikian kita pada masa dulu. Mungkin juga, kelak mereka akan merasa sedih melhat generasi sesudah mereka.. sepakat, setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya.
Jamuuur opoooo.....
Waduh... pas lewat satu toko di mal, lagunya kayak gitu sampe sore.
Sayang ya anak2 skg udah dibekali Blekberi dll. Jadi enggak aktif gitu.
entah kapan ada saatnya nanti lagu2 dolanan ini, akan kembali mencuat dan dinyanyikan oleh anak cucu kita ,
walaupun gak tau , entah kapan
salam
ane paling bsa kalo uda nyanyi lagu jawa zaman dlu :D
Klo permainan tradisional psti butuh banyak personil. Contohnya petak umpet, gobak sodor, jamuran.
Klo modern, satu orang saja udah cukup, contoh PS, Nintendo,
jaman dulu saya kecil masih sempat maenan dakon, sudamanda, dll.
Sekarang mainan anak-anak sudah Mafia Wars, Ninja Saga, dll.
salam kenal untuk kunjungan perdana ini.
menyedihkan memeang ,
@wien: dan bisa di beli :(
@septriyawati: tidak sepenuhnya anak-anak itu salah, banyak faktor, bisa dari keluarga, lingkungan, dan bahkan industri musik sudah jarang (hampir tidak ada) yang memproduksi lagu buat anak-anak.. :(
@bundadontworry: meski sulit terulang, tapi berharap tidak ada salahnya..
salam
@ada-akbar: kalau jaman sekarang pada asik nyanyi lagu cinta..
@rizved: yang masih ada, biasanya ada sanggar atau kelompok peduli.. kalau secara umum mungkin sudah jarang, meski pun saya yakin masih ada..
@Sugito Kronjot: kalau yang tradisional nggak butuh banyak biaya (bahkan gratis), kalau yang modern butuh duit banyak (jarang yang gratis kecuali nebeng he.he..)
@windflowers: yah.. meski sulit tapi saya masih berharap semua masih bisa eksis
@Andhy: mungkin karena sekarang pada suka yang instan, dan yang pasti sekarang pada punya uang :)
@maria: salam kenal :)
@anak nelayan: he.he..
@Andes: cara bersosialisasi dengan teman sebaya pun saya rasa juga berbeda, Mas.
anak-anak punya masa kecil bahagia, dengan tolak ukur yang berbeda tentunya :)