Calung, Musik, Bernyanyi, dan Menari
Beberapa waktu yang lalu, saat acara pawai dalam rangka HUT Kabupaten Tegal yang ke-410, ada sesuatu yang membuat saya begitu terhibur. Bukan karena banyaknya peserta, tapi karena kebetulan rombongan di depan saya adalah kelompok musik calung. Selain enak di dengar, kelompok tersebut juga begitu atraktif, serta empat orang penari yang serasa tak kenal lelah.
Ada yang membuat saya kagum, bukan karena atraksi mereka semata, tapi dua dari empat orang penari pengiring ternyata adalah dua orang bocah. Mereka terus menari mulai dari awal (sekitar jam 14.00) sampai akhir (jam 16.30), dengan jarak tempuh kurang lebih 8 KM (dengan sesekali rehat tentunya). Saya saja yang hanya berjalan tanpa melakukan banyak aktivitas, merasa kelelahan, tapi mereka seolah tak mengenal lelah.
Anak-anak yang terus menari sepanjang perjalanan pawai |
Sepanjang pawai pun kelompok ini menyita banyak perhatian, banyak warga masyarakat yang menyaksikan sepanjang jalan merasa terhibur melihat atraksi kelompok ini. Mungkin juga mereka heran, karena rute yang begitu jauh tak menyurutkan semangat kelompok calung beserta penarinya (terutama dua bocah) untuk menampilkan atraksi menarik. Lagu-lagu pop, dangdut, sampai tarling pun dinyanyikan dengan penuh ke kompakkan, tidak ada penyanyi/vokalis khusus, semua turut bernyanyi, dan paduan yang dihasilkan terdengar enak ditelinga. Anda bisa menyimak pada video berikut bagaimana atraktif dan enaknya lagu-lagu yang di iringi oleh musik calung:
Musik calung sendiri memang identik dengan alat musik Sunda, tapi, di Kabupaten Banyumas juga memiliki kesenian musik tradisional yang bernama calung. Berikut adalah pengertian calung yang saya kutip dari wikipedia:
Pengertian pertama adalah calung sebagai kesenian musik tradisional Banyumas:
Calung, adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu yang diletakkan melintang dan dimainkan dengan cara dipukul. Perangkat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan Jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong dan kendang. Selain itu ada juga Gong Sebul dinamakan demikian karena bunyi yang dikeluarkan mirip gong tetapi dimainkan dengan cara ditiup (Bahasa Jawa: disebul), alat ini juga terbuat dari bambu dengan ukuran yang besar. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransemen ulang. Sumber: wikipedia
Pengertian kedua adalah Calung secara umum:
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih). sumber: wikipedia
Diluar konteks calung yang dimainkan itu dari mana, saya salut pada mereka yang masih setia melestarikan kesenaian asli Indonesia. Di antara banyaknya tradisi yang terlupa, masih ada orang-orang yang peduli, anak-anak yang masih tertarik untuk melestarikan budaya asli Indonesia.
*) Kelompok pada foto dan video diatas adalah Calung Wiji Sawo dari Desa Kebasen, Kec. Talang, Kab. Tegal.
34 comments for "Calung, Musik, Bernyanyi, dan Menari"
Thanks.
@Bunga Majapahit: terimakasih ya :)
@pakde sulas: semoga saja, Pakde. pemainnya juga meningkat kesejahteraannya :)
Wah, semoga keseniannya tetap terjaga dan juga para penerusnya dapat mempertahankannya kelak..
Salam kawan
Salam
@ino putro: siip gan.. :D
mungkin juga demikian Kang, atau bisa juga karena mereka menikmatinya sehingga tak begitu merasakan kelelahan :)
@sky: kalau mereka bisa menikmatinya dan merasakan kegembiraan pula, sah bukan?
menurutku semua butuh proses, mereka juga lagi belajar megerti, kalau cuma teori saja ya percuma. toh kalau mereka merasa terpaksa, mereka akan menangis dan menolak untuk ikut..
nice post..!!!
salam kenal,
www.hajarabis.com
terimakasih kunjungannya, salam kenal
lanjut terus Kang Sukadi...
sedj
nice
@Kaget: kalau dari pengertian diatas kelihatannya mirip, Mas :)
@idana: yang penting semangat Mbak :)
@giewahyudi: ya, Mas. Hampir mirip :)
@choirunnangim: semoga saja, perlahan kesenian tradisonal pun mulai menghilang, di telan derasnya arus jaman
@rezKY: salam kenal, terimakasih kunjungannya..
@amisha: indah dan banyak.. :)
calung juga sudah merambah di tempat saya kang di Sirampog.... :D
jaya selalulah dengan kesenian2 tradisionalnya...
Soalnya selama ini masih awam banget buat saya :D
Hebat ya tu bocah2, dari kecil udah diajarkan tarian tradisional :)
saya pun merasa heran, padahal saya aja ngos-gosan he.he..
@ibnu: meriah mas, untung hujannya turun setelah acara hampir selesai :D
Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis yang bisa anda kunjungi di Informasi Seputar Indonesia