Siap Menang, (Tidak) Siap Kalah
Sepak bola adalah olah raga yang paling digemari di Indonesia, tanpa mengecilkan cabang olah raga yang lain, sepak bola sudah seperti candu bagi sebagian besar penduduk negara ini. Bukan hanya di level klub, di level tim nasional dukungan terhadap kesebelasan yang berlaga seolah memberi bukti bahwa sepak bola adalah candu dan memberi efek besar terhadap rasa cinta seseorang terhadap daerah atau negaranya.
Tak sedikit orang yang rela mengorbankan waktu, uang, dan bahkan nyawa mereka untuk sekedar mendukung kesebelasan yang mereka banggakan. Masih hangat dalam pemberitaan, ketika seorang suporter dari PSCS Cilacap harus meregang nyawa akibat dikeroyok oleh kelompok suporter lainnya di Jogja. Atau peristiwa lain ketika suporter harus meninggal akbiat kecelakaan hanya untuk sekedar mendukung tim kesayangannya bertanding. Dan masih banyak lagi cerita lain yang menggambarkan betapa gilanya para pendukung sepak bola sehingga mereka abai akan banyak faktor, bahkan keselamatan mereka sendiri.
Hal yang wajar ketika rasa cinta membutakan akal. Namun, patut disayangkan ketika rasa cinta itu berubah 180 derajat ketika tim yang dibela mengalami kekalahan. Banyak orang yang merasa pendukung 100% namun tak siap ketika harus menerima kenyataan tim yang mereka elu-elukan mengalami kekalahan. Mereka seolah terlukai, tersakiti, dan merasa pengorbanan mereka sia-sia. Sehingga mudah dijumpai orang-orang yang akhirnya menghujat, mencemooh, menghina dengan seenak mereka sendiri.
Sadar atau tidak, sepak bola hanyalah sebuah pertandingan olah raga yang hanya mempunyai tiga hasil: menang, kalah, seri. Tidak mungkin kita berharap agar tim yang kita dukung selalu menang, itu menyalahi hukum alam namanya. Sebaik-baiknya tim sepak bola, tetap saja tak luput dari tiga kemungkinan tersebut. Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam sepak bola, selain permainan yang bagus, faktor keberuntungan juga turut berpengaruh. Terkadang kita lupa, bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini ada yang mengatur, termasuk juga dalam sepak bola. Pemain sudah ber-ikhtiar dengan bermain sebagus mungkin, dan biasanya dari usaha maksimal tersebut menghasilkan kemenangan, minimal seri. Namun bukankah masih mungkin mereka yang sudah berusaha maksimal tersebut mengalami kekalahan?.
Terkadang saya merasa heran ketika orang dengan mudahnya mencela dan mencaci maki tim yang seharusnya mereka banggakan. Biasanya, hal semacam ini disebabkan oleh kekalahan tim yang meraka dukung, tak terkecuali dengan tim nasional. Tak pandang senior atau junior, segala level usia harus selalu menang. Lalu, dimana letak logika?. Kalau memang kita benar-benar cinta sepak bola, mendukung tim yang kita banggakan, harusnya kita siap dengan segala hasil akhir. Siap menang dan siap kalah. Bukan sebaliknya, siap menang namun tak siap kalah.
5 comments for "Siap Menang, (Tidak) Siap Kalah"