Televisi, Oposisi, Provokasi
Hidup di Indonesia memang penuh dinamika, dengan banyak penduduk dengan begitu banyak kepala membuat hidup berbangsa menjadi lebih penuh warna. Wajar. Tapi, kalau beberapa kepala yang mengaku mewakili berjuta kepala rakyat Indonesia sudah saling bersuara, ini yang terkadang bikin pusing. Nonton beritanya di televisi saja sudah malas. Apalagi kalau sudah ditambah bumbu berbau kepentingan, ini bikin rasa menjadi tidak karuan.
Berita dan televisi memang saling terkait, datu dengan yang lain saling melengkapi, sehingga banyak cerita yang bisa diuraikan, apalagi dalam beberapa tahun terakhir ini. Pernah saya tuliskan disini tentang "larangan" menonton televisi, jangan menonton televisi. Kuranglebih ingin saya sampaikan uneg-uneg tentang posisi televisi yang terkesan tidak netral saat ini, terasa banget, semua bermula saat menjelang pemilu tahun 2014 ini. Maklum saja, saat ini beberapa stasiun televisi dimiliki oleh orang-orang yang terjun dalam dunia politik.
Rakyat Sebagai Kekasih Sejati (Cak Nun) |
Akhir-akhir ini saya juga semakin familiar dengan istilah oposisi, meski secara jelasnya saya kurang tahu maknanya, tapi setahu saya kelompok oposisi adalah kelompok yang berada diluar pemerintahan dan sebagai penyeimbang. Oposisi itu bagus, saya suka, sebagai penyeimbangan dan mengawal kinerja pemerintah, asalkan tidak oposisi demi kepentingan pribadi atau golongan. Dengan adanya oposisi diharapkan kinerja pemerintah akan lebih baik.
Provokasi itu lebih identik dengan Sengkuni kalau di Mahabharata, ini menurut saya lo. Bagi yang suka nonton dan mengikuti cerita Mahabharata pasti sangat faham bagaimana Sengkuni itu. Kebencian akan menjadi virus yang dapat menyebar dengan cepat, mereka yang awam akan mudah terserang virus kebencian, tak menutup kemungkinan virus-virus itu akan menjadi momok menakutkan, karena lambat laun bisa menjadi sebuah provokasi. Kalau sudah begitu, yang baik sekalipun akan terlihat jelek, demikian juga sebaliknya, yang jelek pun bisa kelihatan baik. Lalau siapa yang diuntungkan?.
Provokasi itu lebih identik dengan Sengkuni kalau di Mahabharata, ini menurut saya lo. Bagi yang suka nonton dan mengikuti cerita Mahabharata pasti sangat faham bagaimana Sengkuni itu. Kebencian akan menjadi virus yang dapat menyebar dengan cepat, mereka yang awam akan mudah terserang virus kebencian, tak menutup kemungkinan virus-virus itu akan menjadi momok menakutkan, karena lambat laun bisa menjadi sebuah provokasi. Kalau sudah begitu, yang baik sekalipun akan terlihat jelek, demikian juga sebaliknya, yang jelek pun bisa kelihatan baik. Lalau siapa yang diuntungkan?.
Nah, dengan semakin banyaknya permasalahan di negeri ini, apapun kepentingannya, akan lebih baik kalau disikapi secara santai, kalau diambil hati dinamika (politik khususnya) yang terjadi di Indonesia bisa bikin stres. Semoga saja kita bisa lebih bijak dalam menyikapi segala hal, tak serta merta percaya pada sebuah berita tanpa mencari referensi sumber berita lainnya. Hidup itu Memang Beda!, nikmati saja.
4 comments for "Televisi, Oposisi, Provokasi"
sekarang lebih senang nonton serial mahabharata pak, soalnya lihat berita bikin pusing hehe :D
#bantingTV