Solo, Berkesan Dan Membuat Kerasan
Surakarta, barangkali nama kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah ini sudah tidak asing, apalagi bagi mereka yang tinggal di Jawa Tengah atau wilayah eks Karesidenan Surakarta pada khususnya. Surakarta mungkin lebih dikenal dengan sebutan Solo, tak salah memang, menurut saya nama inilah yang lebih "mendunia" bila dibandingkan dengan sebutan Surakarta.
"Sala" adalah dusun yang dipilih oleh Sunan Pakubuwana II dari tiga dusun yang diajukan kepadanya ketika akan mendirikan istana yang baru, setelah perang suksesi Mataram terjadi di Kartasura. Nama "Surakarta", yang sekarang dipakai sebagai nama administrasi yang mulai dipakai ketika Kasunanan didirikan, sebagai kelanjutan monarki Kartasura.
Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama Sala/Solo lebih umum penggunaannya. Kata sura dalam bahasa Jawa berarti "keberanian" dan karta berarti "sempurna"/"penuh". Dapat pula dikatakan bahwa nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura. Kata sala, nama yang dipakai untuk desa tempat istana baru dibangun, adalah nama pohon suci asal India, sala, yang bisa Couroupita guianensis atau Shorea robusta. [wikipedia]
Sudah, saya tak ingin membicarakan soal nama Solo atau Surakarta, karena bila saya teringat dengan kota ini membuat saya teringat pada masa lalu. Ada banyak kenangan saya di Kota Solo, karena antara rentang waktu tahun 2000-2004 saya banyak mengabiskan waktu di kota ini. Ya, saya dulu sempat ngangsu kawruh atau menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di Solo.
Saya lahir dan besar di Klaten, namun Solo merupakan salah satu kota yang memberi banyak kenangan. Sebelum saya kuliah di Solo, saya 'akrab' dengan Solo saat acara-acara tertentu, yang paling sering adalah waktu Sekatenan, beberapa kali di akhir tahun 90-an saya dan teman-teman rela "menggelandang" untuk dapat menyaksikan rangkaian acara Sekatenan.
Pasar Legi merupakan lokasi yang kadang menjadi tempat iseng saya dan teman-teman satu kos untuk muter-muter. Mungkin karena waktu itu ada pemahaman atau konotasi negatif tentang tempat ini, makanya kami terkadang melakukan keisengan, meski sebenarnya lokasinya tak seperti yang kami bayangkan.
Tahun baru merupakan momen yang pas untuk menyaksikan lautan manusia, biasanya sepanjang jalan Slamet Riyadi menjadi pusat berkumpulnya orang-orang dari berbagi penjuru Solo dan bahkan dari wilayah sekitar Solo untuk berkumpul merayakan pergantian tahun. Acara yang begitu meriah membuat jalanan menjadi macet dan itu yang mungkin menjadi daya tarik lain dalam kemeriahan pergantian tahun kala itu.
Masih banyak sebenarnya momen-momen yang berkesan saat dulu di Solo, namun semenjak tahun 2005 sudah jarang dan hampir tak pernah lagi saya mengunjungi kota ini. Sebenarnya pingin, namun karena memang lokasi tempat kerja yang jauh tidak memungkinkan lagi saya mengunjungi Kota Solo, paling hanya sesekali dalam waktu yang tak bisa ditentukan. Solo telah memberi banyak kesan, dan tentu saja membuat saya kerasan disana.
Bersama Teman-teman @ Solo |
Sekaten diadakan setiap bulan Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 12 Mulud diselenggarakan Grebeg Mulud. Kemudian diadakan pesta rakyat selama dua minggu. selama dua minggu ini pesta rakyat diadakan di Alun-alun utara. Pesta rakyat menyajikan pasar malam, arena permainan anak dan pertunjukan-pertunjukan seni dan akrobat. Pada hari terakhir Sekaten, diadakan kembali acara Grebeg di Alun-alun Utara. Upacara Sekaten diadakan pertama kali pada masa pemerintahan Kerajaan Demak. [wikipedia]Empat tahunan kurang lebihnya saya kost di Kelurahan Bibis Luhur, Banjarsari, tepatnya dirumah kost Pak Slamet. Saking kerasannya, saya tak pernah pindah tempat kost mulai awal sampai saya lulus. Banyak teman-teman saya yang tak pindah dari tempat kost Pak Slamet ini, hingga mereka menyelesaikan kuliah mereka.
Pasar Legi merupakan lokasi yang kadang menjadi tempat iseng saya dan teman-teman satu kos untuk muter-muter. Mungkin karena waktu itu ada pemahaman atau konotasi negatif tentang tempat ini, makanya kami terkadang melakukan keisengan, meski sebenarnya lokasinya tak seperti yang kami bayangkan.
Tahun baru merupakan momen yang pas untuk menyaksikan lautan manusia, biasanya sepanjang jalan Slamet Riyadi menjadi pusat berkumpulnya orang-orang dari berbagi penjuru Solo dan bahkan dari wilayah sekitar Solo untuk berkumpul merayakan pergantian tahun. Acara yang begitu meriah membuat jalanan menjadi macet dan itu yang mungkin menjadi daya tarik lain dalam kemeriahan pergantian tahun kala itu.
Masih banyak sebenarnya momen-momen yang berkesan saat dulu di Solo, namun semenjak tahun 2005 sudah jarang dan hampir tak pernah lagi saya mengunjungi kota ini. Sebenarnya pingin, namun karena memang lokasi tempat kerja yang jauh tidak memungkinkan lagi saya mengunjungi Kota Solo, paling hanya sesekali dalam waktu yang tak bisa ditentukan. Solo telah memberi banyak kesan, dan tentu saja membuat saya kerasan disana.
17 comments for "Solo, Berkesan Dan Membuat Kerasan"
:-)
Terimakasih
@Pecahbanget.com