Puisi Cinta Untuk Istriku
: Marlina Nugraningsih
Aku belajar mencintaimu, dari ketiadaan menjadi butir-butir yang senantiasa tersusun seiring waktu. Aku bukanlah apa-apa, mencintaimu adalah proses untuk belajar memaknai hidup, menjadi sesuatu perlu ber-metamorphosis, layaknya ulat menjadi kupu-kupu. Telah dititipkan pada kita, cahaya mata, yang telah dipercayakan untuk kita olah, menjadi tumpuan kelak saat kita kembali selamanya.
Ingin kuselipkan dalam goresan ini, sekelumit perjalanan cinta, pengingat rindu dan pengikat hati kita, berdua: Auracinta.
Saat kuputuskan untuk mencintaimu:
Auracinta I
Sepenggal sajak terdengar begitu mesra, menghantarkan anganku menembus ruang waktu yang aku menganggap bahwa diriku telah lancang.
Dengan segala keangkuhan rasaku, kutelusuri jejak – jejak waktu yang menggoreskan kenangan tentang benih yang tumbuh, bersemi, berbunga dan layu.
Aku telah letih mengukur seberapa jauh perjalanan cintaku.
Detik, menit, siang, malam kurasakan bukanlah kesimpulan hakekat rasaku.
Aku ingin bersandar dan berlabuh dalam dermaga sunyi dan hening yang disana aku bisa menemukan kedamaian.
Dan didirimu aku merasakan itu.
(dari awal hingga sekarang
Kusimpulkan bahwa : aku mencintaimu)
Saat ku niatkan untuk menikahimu:
Auracinta II
Purnama kurasakan tergambar di wajahmu, dua buah bintang jatuh dan bersemayam dalam indah matamu.
Aroma surgawi kurasakan lekat, erat dalam pesonamu.
Tutur lembut dalam pemikiran jernih air yang mengalir.
(dari awal hingga sekarang
Kusimpulkan bahwa : aku ingin menikahimu)
Saat kuyakinkan untuk mengolah ladang surga bersamamu:
Auracinta III
Kubacakan Al – Fatihah untukmu
Sebagai pengikat hatiku – hatimu
Kubacakan Al – Fatihah untukmu
Saat kuyakin
Sudah matang benar niatan suciku
Kini,
Kubacakan Al – Fatihah untukmu
Yakin kubertanya :
“Maukah engkau menikah denganku ?“
Itulah sekelumit perjalanan cinta, hingga akhirnya kini kita dipersatukan. Perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan, semua hanya butuh penyelarasan, ada yang lebih penting, perbedaan adalah rahmat. Tak ada yang mudah untuk menuai hasil dari 'garapan ini', hanya perlu kesabaran, penyelarasan hati, dan peng-ikhlasan jiwa untuk mencapai 'masa panen' sesungguhnya. Aku mencintaimu, tak harus dengan sesuatu, apalagi terlalu banyak kata. Cukup dengan apa yang aku mampu, kau dalam dirimu, aku dalam diriku. Kepada-NYA kita akan kembali.
22 comments for "Puisi Cinta Untuk Istriku"
kalo saya penyair yang gagal. sering disebut penjagal. *sedih*
belajar puisi dari anda ya...
*met pagi mas..apa kabar..? :)
belajar puisi dari saya? nggak kebalik nih Bung? :)
@M Mursyid PW: terimakasih Pak :)
@windfloers: terimakasih Mbak... met pagi Mbak...alhamdulillah kabar baik.. semoga demikian juga dengan Mbak Diana :)
Ato beneran?
@gandiwor: makasih infonya :D
@riez: suit-suit juga salam kenal :)
@belajar dan berbagi informasi: Terimakasih Mas :)
@vULKACOM: SiiPP.. makasih :)
@sky: mau coba? :D
keren.
bisa dijadiin referensi nih . . .
@Aritopan's: terimakasih :)
Ijin nyomot mas.. :)
lanjutkan kang
@Pencerah: terimakasih :)
@Film Anyar: pokoke cinta.. :D
@Arief Bayoe: terimakasih mas.. :)